BANDA ACEH — Aliansi Jurnalis Independen Kota Banda Aceh menggelar seminar “Transformasi Nilai-Nilai Keberagaman Dan Toleransi Bagi Pelaku Media dan Masyarakat” untuk wartawan dan pekerja LSM di Banda Aceh, Selasa (11/9). Etnis China di Aceh mengaku mendapat diskriminasi dari aparatur pemerintahan. Namun, mereka tidak mempunyai masalah dalam melaksanakan aktivitas
keagamaan.
Dalam seminar itu mencuat, media berperan penting dalam mewujudkan keberagaman di Aceh. Ketua Panitia Seminar, Misdarul Ihsan, menyebutkan, seminar ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada wartawan tentang isu-isu keberagaman dan toleransi.
Seminar keberagaman ini menghadirkan tiga pemateri, yaitu Kho Khie Siong dari Perkumpulan Hakka Aceh, Maimun Saleh (Ketua AJI Banda Aceh), dan Arif Ramdan (Redaktur Serambi Indonesia).
Ketua Perkumpulan Hakka Aceh Kho Khie Siong (Aky) mengapresiasi nilai-nilai toleransi dalam beragama di Aceh. Pemeluk Budha dan Kristen bisa hidup damai dengan umat Islam.
“Saya mengapresiasi nilai-nilai toleransi di Aceh,” kata Aki. “Sampai saat ini, tidak ada dalam catatan saya yang jelek dalam cara kita beragama di Aceh.”
Meski tidak punya catatan jelek dalam menjalankan kebebasan beragama, Aky mencatat sejumlah kasus diskriminasi masih menimpa masyarakat etnis China. Ia mencontohkan ketika mengurus paspor di Imigrasi.
Aki menceritakan pengalaman mengurus paspor. Saat itu, petugas Imigrasi meminta Aky melampirkan surat keterangan Kewarnageraan Indonesia. “Saya lahir di Aceh dan saya warga Negara Indonesia. Saya pun tidak tahu di mana surat WNI saya,” kata Aky.
Aky berharap kehidupan masyarakat keturunan di Aceh bisa sama dengan warga lainnya, tidak hidup dalam
diskriminasi. Untuk itu, ia berharap media berperan untuk menciptakan keberagaman dalam kehidupan sosial di Aceh.
Ia mengaku cemas ketika seorang tokoh masyarakat dalam berita di sebuah media lokal di Aceh yang meminta agar vihara ditutup sebagai bentuk solidaritas terhadap nasib Muslim Rohingya di Myanmar.
“Apakah saudara (wartawan –red.) tidak berpikir, ini sangat berbahaya bagi toleransi kehidupan beragama di Aceh. Anda memasukkan berita penuh SARA begitu. Hari itu merupakan hari yang sangat meresahkan
kami,” ujarnya.
Untuk itu, ia berharap
curls…
media tidak memberitakan hal-hal yang dapat merusak toleransi yang telah terbina di Aceh.
Ketua AJI Banda Aceh Maimun Saleh menyebutkan, media mempunyai peranan penting untuk mewujudkan keberagaman di Aceh. “Masyarakat minoritas harus mendapat tempat yang baik di media,” kata Maimun.
Dalam memberitakan konflik antaretnis atau antaragama, kata Maimun, jurnalis juga harus memperhatikan pemilihan kata dalam berita. “Diksi harus sangat diperhatikan, karena itu sangat menentukan,” ujarnya.
Sementara itu, Arif Ramdan (Redaktur Serambi Indonesia) mengatakan, media dan jurnalis harus memberikan porsi yang berimbang untuk kaum minoritas dan mayoritas. “Prinsip jurnalis untuk melayani masyarakat, bukan sekelompok mayoritas dan menelantarkan minoritas,” kata dia. []